Hutan Speak
Bagiku, tempat tinggalku adalah
surga untukku. Namaku Clowy, lengkapnya Clowy Lovearth. Aku tinggal di tengah
hutan bersama nenekku. Hutan yang kutinggali adalah hutan yang alami, hutan
Speak namanya. Aku heran kenapa diberi nama hutan Speak. Apakah hutan ini bisa
bicara?
Terik
matahari siang ini terasa sangat menyilaukan mata. Aku beristirahat sejenak di
bawah pohon pinus yang tinggi dan besar. Kusandarkan tubuhku di pohon pinus
ini. Tiba-tiba terdegar suara menggema disekeliling hutan.
“kamu
terlihat sangat lelah. Tidurlah di pangkuanku. Tidurlahh ,,” suara itu seperti
berada di dekatku.
“Siapa
kamu, tolong jangan makan aku. Maafkan aku jika aku mengganggumu.” Suaraku
bergetar saking takutnya.
“Kau
tak perlu takut, nak. Aku adalah pohon pinus yang kamu sandari. Aku
dibelakangmu, nak. Jangan takut.”
“Oooh,
k..aa...kamuu b..issa bi..bi..cara???” aku langsung menegakkan badan, melihat
ke belakang.
“yaa,
aku bisa bicara. Perkenalkan namaku Kenko. Panggil saja aku Pak Pohon. Aku
adalah Bapak dari semua pohon di hutan ini.”
Semenjak
peristiwa ini, aku rutin mengunjungi Pak Pohon. Berkenalan dengan anak-anaknya
yang berjumlah ratusan. Aku senang dengan lingkunganku sekarang ini. Tetapi,
Pak Pohon memberitahuku agar merahasiakan hal ini. Hanya aku dan nenekku yang
mengetahuinya. Kata Pak Pohon, jika semua orang mengetahui bahwa pohon bisa
bicara, maka mereka akan menjadikan hutan disini sebagai hutan lindung.
Keluarga Pak Pohon tidak menyukai hutan lindung, karena menurut beliau tinggal
di hutan lindug sangat mencekam dan penuh dengan aturan, tidak hidup bebas
seperti sekarang ini. Yang pasti juga mereka tidak akan bertemu kami lagi,
karena aku pasti akan diusir dari hutan ini.
Pagi-pagi
buta aku hendak mengambil air di sumber. Ketika melintasi jalan setapak, aku
berpapasan dengan seorang lelaki bertubuh kekar dan besar.
“aku sangat tidak suka dengan
pohon-pohon besar seperti ini. Rasanya tanganku ini sudah tidak tahan ingin
menebangnya.”
“kenapa kamu bicara seperti itu,
Pak. Jangan sembarangan bicara. Nanti kalau pohon dengar kamu bisa dipukul.”
Suaraku mengecil, terdengar seperti bisikan.
“kamu itu gila apa sedang
bermimpi, nak? Mana ada pohon bisa bicara.” Lelaki itu terus berjalan menuju
hutan belantara.
Karena perasaanku tidak enak, aku
mengikuti lelaki itu. Ternyata lelaki itu adalah penebang liar yang sedang
mencari pohon paling besar untuk ditebangnya. Lelaki itu menuju ke tempat Pak
Pohon, karena Pak Pohon adalah pohon paling besar diantara pohon lainnya.
“ahaa, ini dia yang kucari. Akan
ku tebang kau pohon besar. “ lelaki itu mulai menyalakan gerjaji mesinnya.
“jika kau menyentuh tubuhku
sedikit saja, aku tak segan-segan melemparmu keluar dari bumi ini!!” Pak Pohon
bicara dengan nada marah.
“siapa kamu? Aku tak takut
padamu?” penebang itu menjawab dengan yakinnya.
“aku adalah pohon yang hendak kau
tebang.”
“a....p...aaa?????” mata penebang
itu terbelalak ketika melihat Pak Pohon bisa bicara.
“rasakan ini,” pak pohon
mengayukan ratingnya, membuat penebang itu jatuh terpental.
“ampuni aku, maafkan aku, Pak
Pohon. Jangan lempar aku keluar dari bumi. Aku masih ingin disini.”
“jika kamu masih ingin dibumi,
lalu kenapa kau tak memelihara bumi. Bumi sudah berbaik hati memberikanmu
tempat yang nyaman untuk kamu tidur, memberikan makanan yang enak untuk
dimakan. Apa balasamu untuk bumi? Menjadi seorang penebang yang tidak
bertanggung jawab.”
“a..kuu.. sadar apa yang telah
aku lakukan. Aku jahat pada bumi. Mulai sekarang aku akan mencari pekerjaan
lain. Aku berjanji akan menjaga dan memeliharra bumi yang tercinta ini.”
Penebang itu menyesali
perbuatannya. Hutan Speak manjadi lebih aman, tidak ada penebang yang berani
menebang pohon disini. Keluarga Pak Pohon Kenko hidup tenang di hutan. Begitu
juga aku dan nenekku. Hidup diantara pohon yang bisa bicara menghiasi kehidupan
kami setiap hari diantara sepinya hutan belantara ini.
Charisma Bella Kisara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar